تَبَسُّمُكَ
فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ
صَدَقَةٌ
“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah
(bernilai) sedekah bagimu“[1].
Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan tersenyum dan
menampakkan muka manis di hadapan seorang muslim, yang hadits ini semakna
dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang lain,
“Janganlah sekali-kali engkau menganggap remeh suatu perbuatan baik, meskipun
(perbuatan baik itu) dengan engkau menjumpai saudaramu (sesama muslim) dengan
wajah yang ceria“[2].
Mutiara hikmah yang dapat kita petik dari hadits ini:
- Menampakkan wajah ceria dan berseri-seri ketika bertemu
dengan seorang muslim akan mendapatkan ganjaran pahala seperti pahala
bersedekah[3].
- Keutamaan dalam hadits ini lebih dikuatkan dengan
perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri, sebagaimana yang
disebutkan oleh sahabat yang mulia, Jarir bin Abdullah al-Bajali radhiyallahu
‘anhu, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah
melarangku untuk menemui beliau sejak aku masuk Islam, dan beliaushallallahu
‘alaihi wa sallam tidak pernah memandangku kecuali dalam keadaan tersenyum di
hadapanku“[4].
- Menampakkan wajah manis di hadapan seorang muslim akan
meyebabkan hatinya merasa senang dan bahagia, dan melakukan perbuatan yang
menyebabkan bahagianya hati seorang muslim adalah suatu kebaikan dan
keutamaan[5].
- Imam adz-Dzahabi menyebutkan faidah penting sehubungan
dengan masalah ini, ketika beliau mengomentari ucapan Muhammad bin Nu’man bin
Abdussalam, yang mengatakan, “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih tekun
beribadah melebihi Yahya bin Hammad[6], dan aku mengira dia tidak pernah
tertawa”.
Imam adz-Dzahabi berkata, “Tertawa yang ringan dan tersenyum
lebih utama, dan para ulama yang tidak pernah melakukannya ada dua macam
(hukumnya):
Pertama: (bisa jadi) merupakan kebaikan bagi orang yang
meninggalkannya karena adab dan takut kepada Allah, serta sedih atas
(kekurangan dan dosa-dosa yang ada pada) dirinya.
Kedua: (bisa jadi) merupakan celaan (keburukan) bagi orang
yang melakukannya (tidak mau tersenyum) karena kedunguan, kesombongan, atau
sengaja dibuat-buat. Sebagaimana orang yang banyak tertawa akan direndahkan
(diremehkan orang lain).
Dan tidak diragukan lagi, tertawa pada diri pemuda lebih
ringan (dilakukan) dan lebih dimaklumi dibandingkan dengan orang yang sudah
tua.
Adapun tersenyum dan menampakkan wajah ceria, maka ini lebih
utama dari semua perbuatan tersebut (di atas).
Rasulullah shallAllahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Senyummu
di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu“. Dan
Jarir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam tidak pernah memandangku kecuali dalam keadaan tersenyum“.
Inilah akhlak (mulia) dalam Islam, dan kedudukan yang paling
tinggi (dalam hal ini) adalah orang yang selalu menangis (karena takut kepada
Allah) di malam hari dan selalu tersenyum di siang hari.
(Dalam hadits lain) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Kamu tidak akan mampu berbuat baik kepada semua manusia denga
hartamu, maka hendaknya kebaikanmu sampai kepada mereka dengan keceriaan (pada)
wajahmu“[7].
Ada hal lain (yang perlu diingatkan) di sini, (yaitu)
sepatutnya bagi orang banyak tertawa dan tersenyum untuk menguranginya (agar
tidak berlebihan), dan mencela dirinya (dalam hal ini), agar dia tidak
dijauhi/dibenci orang lain.
Demikian pula sepatutnya bagi orang yang (suka) bermuka
masam dan cemberut untuk tersenyum dan memperbaiki tingkah lakunya, serta
mencela dirinya karena buruknya tingkah lakunya, maka segala sesuatu yang
menyimpang dari (sikap) moderat (tidak berlebihan dan tidak kurang) adalah
tercela, dan jiwa manusia mesti sungguh-sungguh dipaksa dan dilatih (untuk
melakukan kebaikan)”[8].
Penulis: Ustadz Abdullah Taslim, MA.
- See more at: iin ime http://smiley-glowings7.blogspot.com/Keutamaan-Tersenyum-Kepada-Sesama Muslim/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
;Tolong jangan memberikan komentar yang menusuk di hati lalu tembus di jantung :D " .
Oke, jika ada salah mohon di maafkan ..